Indonesia Tua
Indonesiaku semakin menua
Terpaan angin sedikit saja sudah membuatnya batuk
tak henti-henti
Semakin rapuh
Lihat saja
Beton berpetak di Ibukota seperti sudah ambrol
Remuk dihempas masa
Kasat mata, namun tak kasat di rasa
Getir kerongkongan penghuni tanah surga ini
sekalipun, tak mampu mengetuk hati pengguna dasi seharga puluhan piring nasi di
sana
Serak tangisnya terabaikan
Tiada pernah terekam oleh mereka yang gemar berbagi
rezeki agar tingkah polahnya terbungkam
Ah, Indonesia memang semakin menua
Makan dari piringnya sendiri saja sudah tak bisa
Harus disuapi sendok demi sendok oleh tetangga
Juga tidur
Badannya telah melemah, sudah tak bisa dibaringkan
di atas dipan kayu
Harus di atas busa
Bukan juga di kasur yang dijahit sendiri oleh anak cucunya
Ah, Indonesia memang benar-benar terus menua
Amatilah
Dulu yang rambutnya bercat hijau di kala muda, kini
telah memutih penuh uban berjalan
Topi biru mudanya pun kini telah usang
Lusuh, kelabu warnanya
Sungguh mematikan baunya
Yah, beginilah tatkala sudah menua
Mengingat orang lain saja sudah tak bisa
Bahkan cara hidupnya saja juga terlupa
Ia lupa caranya memakai baju
Lupa pula caranya berbincang jika bertemu
Semua sudah ia lupakan
Dan ia hanya mengenal apa yang dimakannya saat ini
Sajian hangat dari tetangga yang menunggu waktunya
melayat ketika Indonesia tamat
Comments
Post a Comment