Sajak "Rampung"



Mungkin aku telah merampungkan tulisanku ketika engkau mulai membaca ceritanya..



Inilah cerita tentang awal dan akhir yang tak pernah bisa terpisahkan.
Ketika engkau memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru, maka akan berakhirlah hal lama yang biasa engkau kerjakan.

Dan kali ini, awal dan akhir bertemu pada sebentuk paragraf.
Ya, aku memutuskan untuk mengakhiri paragraf ini.
Paragraf yang akan menutup segala alur yang pernah mengalir dan mewarnai setiap kolom dan baris yang telah mempertemukan kita dalam kata.
Tidak ada cerita lagi yang akan aku tuliskan, satu jeda sekalipun.
Jika engkau bertanya mengapa, maka aku hanya akan terdiam dan memberimu sesimpul senyum tanpa ada rasa dalam goresannya.
Jika engkau berprasangka, maka akan kuceritakan bahwa memang tiada lagi yang perlu menjadi praduga.

Inilah rasa yang harus kau cicipi, membaca sesuatu yang telah sampai pada ujungnya.
Inilah rasa yang harus kau pahami, menemukan sesuatu yang tiada lagi kau dapati adanya.
Inilah rasa yang harus kau mengerti, bahwa tidak ada lagi yang bisa kau ubah, satu kata dalam ceritanya sekalipun.
Hanya cukup kau saksikan saja, bahwa aku sudah merampungkannya.

Karena engkau..
Engkau seperti dilahirkan untuk menjadi penikmat saja.
Ya, penikmat setiap rasa yang selalu aku titipkan pada baitan kata.
Penikmat setiap asa yang selalu tertuang dalam sebentuk doa.
Penikmat setiap apa yang kini sudah kurampungkan dan tak akan kembali ada.

Dan aku..
Aku adalah apa yang ada dalam jedamu.
Berada pada tiap spasi yang engkau lewatkan.
Namun dalam jeda itulah, kususun butiran-butiran kata menjadi cerita.

Sedangkan kita..
Kita adalah rasa yang tak pernah berjumpa.
Kita adalah jarak yang terus mendera.
Kita adalah waktu yang tak pula saling bertemu.
Kita adalah cerita yang hidup dalam ragu.

Dan kini..
Ceritanya telah usai. Benar-benar selesai.

Terimakasih, engkau telah bersedia menikmati ceritaku.
Cerita tentang awal dan akhir yang merampungkan irama kita.






Comments

Popular Posts